Pertamina Terus Integrasikan Bisnis Gas
INDRAMAYU, 19 Januari 2016 –
PT Pertamina (Persero) terus meningkatkan integrasi bisnisnya agar
tidak sekadar sebagai sumber penerimaan negara, tetapi juga menjadi
kunci bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah setempat melalui efek
pengganda (multiplier effect) yang ditimbulkan dari kehadiran
infrastruktur milik perseroan dan anak-anak perusahaan. Proses integrasi
tersebut terlihat jelas pada pengelolaan sumberdaya minyak dan gas
(migas) di Indramayu, Jawa Barat.
Di wilayah tersebut, Pertamina memiliki
Kilang Pertamina Balongan dan Kilang LPG Mundu yang dikelola oleh anak
perusahaannya, PT Pertamina Gas (Pertagas). Kebutuhan gas untuk dua
fasilitas pengolahan tersebut dipasok oleh anak perusahaan Pertamina
lainnya, yakni PT Pertamina EP Asset III Jatibarang dan PT Pertamina
Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Salah satunya dari
Lapangan GG milik PHE ONWJ yang mulai onstream dengan kapasitas produksi
harian 31 juta kaki meter kubik (MMSCFD) dan 150 barel kondensat per
hari.
Kilang LPG Mundu telah direvitalisasi
dengan menggunakan bahan baku gas alam. Menurut Vice President Corporate
Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro, penggunakan
bahan baku gas alam dalam rangka meningkatkan produksi dan mengurangi
impor LPG. Keberadaan kilang ini menjadi salah satu fasilitas dalam
menopang upaya Pertamina guna mengurangi volume impor LPG sebesar
rata-rata 27 ribu ton per hari. "Kilang LPG Mundu didisain mampu
memproduksi LPG sebesar 100 ton per hari," ujar Wianda, Selasa (19/1).
Adapun produk lainnya yang bisa
dihasilkan dari fasilitas yang dibangun sejak tahun 1977 tersebut adalah
kondensat Naphta/Minasol-M sebesar 120 ton per hari, dan lean gas
sekitar 720.000 Normal m3 (Nm3) per hari.
LPG dan Minasol yang diproduksi Kilang
LPG Mundu dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, antara lain
untuk mendorong kesuksesan program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke
LPG. Sementara lean gas kembali dimanfaatkan Pertamina EP dan untuk
digunakan sendiri sebagai fuel compressor, fuel furnace dan fuel
generator. Sebagian lean gas digunakan pabrik semen, pupuk, PT Krakatau
Steel, gas kota, dan PT PLN (Persero).
Stasiun Kompressor Gas (SKG) Mundu yang
juga salah satu fasilitas strategis yang dimiliki Pertagas di Indramayu,
memanfaatkan gas lean dari Kilang LPG Mundu dan PEP Asset III
Jatibarang untuk mengalirkan gas guna memenuhi kebutuhan di area timur
Jawa Barat, yakni Cirebon dan sekitarnya. “Seiring dengan perkembangan
waktu, SKG Mundu beroperasi dengan tujuan membantu menaikkan tekanan
untuk sumuran minyak Jatibarang," tutur Wianda.
Saat ini, SKG yang diresmikan pada 1978
ini memiliki peralatan utama berupa kompresor gas turbin dengan
kapasitas masing-masing 40 MMSCFD sebanyak dua buah, air fan cooler dua
buah dan tiga instrument air compressor. Terdapat juga lima ruas pipa
yang dikelola yakni ruas Cilamaya-KHT (Kandang Haur Timur),
KHT-Cilamaya, KHT-Balongan, Balongan-Mundu, dan Mundu-Sunyaragi. “Semua
peralatan dalam kondisi availability 100% dan 100% reability,” tegas
Wianda.
Komentar
Posting Komentar